Tuesday, December 1, 2009

Alas kaki - Kerelaan memberitakan Injil

Eph 6:15 kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera;



Paulus memberikan gambaran bahwa setiap orang kristen adalah prajurit-prajurit rohani yang siap berperang.




Dan untuk menjadi prajurit haruslah memenuhi persyaratn-persyaratan yang ada, salah satunya adalah : dewasa

Tuhan menetapkan usia minimal seorang prajurit - yaitu yang telah dewasa, berusia minimal 20 tahun.

Dewasa bukanlah kanak-kanak, apalagi bayi yang hanya minum susu dan bubur lunak.

Bil 1:2 "Hitunglah jumlah segenap umat Israel menurut kaum-kaum yang ada dalam setiap suku mereka, dan catatlah nama semua laki-laki di Israel
Bil 1:3 yang berumur dua puluh tahun ke atas dan yang sanggup berperang, orang demi orang. Engkau ini beserta Harun harus mencatat mereka menurut pasukannya masing-masing.



Dewasa berarti sudah harus memikul tanggung jawab.

1. Pandangan prajurit Romawi

Paulus memberikan gambaran seorang prajurit rohani dengan simbol-simbol perlengkapan prajurit [romawi].

Salah satu simbol yang di sebutkan pertama kali adalah : kasut atau alas kaki.


Clark, Gill dan Barnes dalam komentarnya menulis bahwa alas kaki ini memang berguna untuk perlindungan kaki, dimana kakai harus diproteksi agar tidak terluka, sebab oleh kaki yang sehatlah seorang prajurit dapat berdiri tegak.

Barnes
Taylor (Fragments to Calmet's Dic., No. 219) supposes that it means, "Your feet shod with the preparation of the gospel; not iron, not steel-- but patient investigation, calm inquiry, assiduous, laborious, lasting; or with firm footing in the gospel of peace

Bukan beralaskan besi atau baja [sebagaimana prajurit romawi], namun beralaskan kesabaran, ketenangan, ketekunan, jerih lelah untuk mengabarkan injil damaisejahtera.


2. Pandangan 'prajurit' Yahudi

Dalam tradisi Yahudi, kasut adalah berbubungan dg sebuah tanggung jawab.

Perhatikan kisah berikut ini:


Ruth 4:7 Beginilah kebiasaan dahulu di Israel dalam hal menebus dan menukar: setiap kali orang hendak menguatkan sesuatu perkara, maka yang seorang menanggalkan kasutnya sebelah dan memberikannya kepada yang lain. Demikianlah caranya orang mensahkan perkara di Israel.



Kisah itu terjadi ketika seorang penebus terdekat kaum keluarga Naomi menolak menebus warisan Naomi, maka sesuai tradisi yang ada, hal ini diputuskan di depan gerbang kota didepan para tua-tua.

Penolakan adalah melepaskan tanggung jawab [apapun alasannya], dan sebagai simbol melepaskan tanggung jawab, maka kasut/alas kaki ini harus ditanggalkan.

Clark Commentary

A man plucked off his shoe] The law of such a case is given at large in De 25:5-9. It was simply this: If a brother, who had married a wife, died without children, the eldest brother was to take the widow, and raise up a family to the brother deceased; and he had a right to redeem the inheritance, if it had been alienated. But if the person who had the right of redemption would not take the woman, she was to pull off his shoe and spit in his face, and he was ever after considered as a disgraced man. In the present case the shoe only is taken off, probably because the circumstances of the man were such as to render it improper for him to redeem the ground and take Ruth to his wife; and because of this reasonable excuse, the contemptuous part of the ceremony is omitted

Bandingkan

Bil 25:9(a) maka haruslah isteri saudaranya itu datang kepadanya di hadapan para tua-tua, menanggalkan kasut orang itu dari kakinya ...



Dalam tradisi awal [seperti didalam kitab Bilanagn 25], tindakan pelepasan hak ini disertai dg tindakan yang jauh lebih 'kasar' (Bil 25:9)


Jadi, makna 'beralaskan' atau 'memakai kasut' kerelaan memberitakan injil adalah sebuah tindakan mengambil peran tanggung jawab untuk memberitakan Injil damai sejahtera



Salam