Monday, February 11, 2008

When enough is enough?

UMR atau Upah Minimum Regional dari tahun ke tahun selalu berubah keatas alias mengalami kenaikan.

Sayang nilai kenaikan ini tidak sanggup lagi buat sekedar mengganjal kebutuhan pokok sehari-hari.

Entah karena memang benar-benar kondisi minimalnya sudah ditetapkan dari sononya atau memang kondisi minimalnya kita set seminimal itu menurut selera kita.



Ketika saya pertama kali bekerja setelah lulus kuliah, kerja long term - dalam arti bekerja sungguhan, bukan menjadi kutu loncat atau coba-coba, kalau tidak salah gaji saya waktu itu Rp 900.000,-.

Banyak atau sedikit?

Bagi sebagian besar orang, nilai sebesar itu sudah benar-benar besar - karena staff pekerja dibawah saya waktu itu dibayar dengan nominal UMR sebesar Rp 400.000,-

Bagi sebagian besar lagi, nilai sebesar itu benar-benar kecil - karena banyak rekan-rekan kuliah saya yang hengkang ke luar negeri , meninggalkan pekerjaan domestik dan mencari sesuap nasi dan sekarung berlian di negeri orang.

"Wah, gaji saya disini selama satu bulan itu setara degan gaji saya di Indonesia selama 15 bulan!" katanya dalam sebuah email.

Anda bisa hitung sendiri karena teman saya itu doeloenya bekerja di salah satu operator telekomunikasi seluler yang terbesar di Indonesia sampai saat ini.

Tepatnya di tahun 2003 yang lalu gaji saya terakhir naik berkali-kali lipat, UMR juga naik beberapa kali lipat Rp 700.00-900.000,- , saya mendapatkan tawaran kerja dengan gaji dan fasilitas yang menarik mata dan hati ...

Ketika pertama kali kerja, saya tidak bisa menabung sedikit pun

Maka ketika datang tawaran itu, saya berpikir pasti saya dapat menabung, karena dengan gaji baru, saya bisa hidup dengan standar gaji lama : maka selisih gaji itu 100% bisa saya save



Semakin besar donat yang saya terima, pasti saya sanggup menyisihkan sebagian besar donat untuk saya simpan!

Tidak seperti ketika saya menerima donat yang berukuran kecil



Semua bagian habis termakan...


Ketika hari itu tiba

Ketika gaji baru itu tiba

Ia tidak datang sendirian, ia mengajak teman-temannya, sahabat-sahabatnya...

Ia mengajak sahabatnya yaitu apa yang disebut : perbaikan standar kehidupan

Tuntutan kehidupan yang semakin besar, perbaikan fasilitas kehidupan, perubahan gaya hidup yang ujung-ujungnya tetap membuat saya merasa kurang!

Doeloe, bila gaji saya semisal 2 kali umr, maka saya bisa hidup layak
Maka ketika gaji saya semisal naik 4 kali umr, maka diatas kertas saya bisa hidup dengan gaji 2 kali umr dan kelebihan 2 kali umr bisa saya save.
Namun kenyataannya ternnyata standar hidup saya juga naik mengikuti kenaikan gaji yang menjadi 4 kali umr, buka lagi 2 kali umr!


Keinginan saya untuk save ternyata kandas ditengah jalan.

Benih yang seharusnya ditabur, malah saya masak untuk dimakan.



When enough is enough?


Dan datanglah teguran itu dari Tuhan pada bulan Juli 2003

"Engkau selalu merasa kurang dan kurang. Engkau tidak pernah merasa cukup. Engkau tidak pernah mengucap syukur. Ketahuilah bahwa engkau akan mengalami tekanan yang cukup besar ditempat kerjamu yang baru. Engkau akan direndahkan. Tetapi kamu jangan takut dan gentar sebab aku menyertai dan membela kamu. Aku akan membentuk engkau disana"

Masih banyak lagi teguran dan nubuatan yang saya terima waktu itu

Akhirnya saya hanya bisa bertahan sampai bulan Februari 2004 dalam kondisi terpuruk dan dibawah nol - berhutang!

Saya tidak tahu harus berbuat apa - tidak bisa berpikir jernih lagi

Skenario terburuk yang hendak kita ambil adalah :

Saya kembali kepada orang tua
Istri saya kembali kepada keluarga

What a such decision like that?

Tuhan tidak tinggal diam, segala Firman yang telah Dia keluarkan dari dalam DiriNya, itulah yang akan mengerjakan perintahNya. Ia tidak akan kembali dengan sia-sia.

Isa 55:11 demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.

Tuhan pertemukan saya dengan seorang pengusaha yang sama yang dulu telah menawari saya kerja - namun saya tolak karena saya memilih tawaran pihak lain - yang merupakan seteru nya.

Tuhan itu baik.

Beliau tetap menerima saya dan berkata :

"Itu adalah hak kamu untuk memilih, saya tidak kecewa atau dendam" jawabnya

Benar, saya bekerja dengan beliau sampai hari ini

Paling tidak sampai tulisan ini saya buat

"Aku memberi hati yang baik kepada orang-orang ditempat kerjamu yang baru. Namun ketahuilah, sesungguhnya tempatmu bukan disitu" ini adalah nubuatan yang disampaikan hamba Tuhan kepada saya

Meskipun demikian, sama seperti bangsa Israel yang keluar dari tanah Mesir yang telah melihat bagaimana Tuhan memberi 10 tulah kepada Mesir,

Yang telah melihat tangan Tuhan membelah teberau

Yang telah melihat manna

Yang telah melihat batu karang mengeluarkan air


Tetap saja tidak bisa melihat

Tetap saja tidak bisa mendengar


Saya mendapat tawaran kerja lagi

"Kamu harus tetap tinggal diam disana, semua tawaran itu hanyalah rencana iblis untuk mengagalkan rancanganKu. Kamu harus melihat kebawah, lihatlah betapa banyak orang yang menginginkan posisi kamu saat ini. Mengucap syukurlah" lagi Tuhan menegur saya

1Th 5:18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

Mulai saat itu saya belajar utuk tetap taat dan setia

Mencari kehendak Tuhan

Mencari dan berjalan dalam rancangan Tuhan


Kalau saya berjalan dalam rancangan saya, saya tidak akan pernah tahu dimana ujung jalan rancanganku akan berakhir...yang pada akhirnya membuat saya terpuruk

Namun ketika saya tetap berjalan dalam rancangan Tuhan, saya tahu pasti dimana ujung jalan rancangan Tuhan itu!

When enough is enough?


Ketika saya membagi gaji para staff, sering saya berpikir :

Mereka bisa hidup dengan gaji minimal UMR, terutama para staff yang masa kerjanya dibawah satu tahun. Ketika melewati masa kerja satu tahun, kita berikan tunjangan ini itu, bonus ini itu...Mereka sangat bersuka cita sekali.
Bahkan suatu kali mereka berucap :

"Kami tidak menyangka gaji kami naik sebesar itu Pak...
Kami juga tidak menyangka kami mendapat bonus ini itu..."

Ya, mereka mencukupkan diri dengan apa yang ada pada mereka.

Yah, saya memang weneruskan usaha yang selama ini terbengkalai, 2-3 tahun berjalan kondisi keuangan divisi ini merugi terus sampai ratusan juta rupiah

Namun saya memegang janji Tuhan

"Lihatlah 2-3 tahun lagi..."

Ya, setelah melewati 2 tahun, kondisi membaik, neraca rugi laba mulai berbalik, laba tidak minus lagi malah menjadi ratusan juta rupiah.

Ya, setelah melewati 3 tahun, divisi ini telah menjadi yang terbaik : The Best Nationalwide, menyingkirkan hampir ratusan divisi yang sama seluruh Indonesia

How great is our God!

Saya tidak lagi mencari sesuap nasi dan sekarung berlian, namun saya mencari wajah Tuhan

Saya belajar taat dan setia, hidup dalam pertobatan

"Kamu hidup dalam lumbungKu, anakKu" Tuhan mengingatkan saya

"Ketahuilah, akan banyak pendeta (hamba Tuhan) datang kepadamu untuk meminta dari kamu ..."janji Tuhan

Wow..

Apa ya kira-kira...

Lha wong saya saat ini termasuk kelas pekerja, bukan kelas pengusaha

Saya diingatkan sebuah nubuatan yang disampaikan oleh seorang hamba Tuhan dari Amerika pada bulan Mei 2004

"...pada usia yang masih belia sekali, dia (anak kami yang pertama)akan mendapatkan lawatan sorgawi dan dia akan membagikannya hal itu dengan kalian. Namun kalian mengira bahwa anak itu mengada-ada, namun semuanya itu akan terjadi tepat pada waktunya..."

Pada tahun 2006 janji itu dipertegas lagi oleh Tuhan

"...Saya memberikan janji baru kepadamu : Ketika dia (anak saya yang pertama ) berumur 6 tahun, dia akan mendapat penglihatan dan dan dia akan memberitahukan kepada kalian hal-hal apa saja yang harus kalian lakukan..."


Ya, kami sedang menantikan janji itu

Enough is enough: not when...

Php 4:11 Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.





with warm regards

No comments: