Monday, June 9, 2008

Giwang dan septitank



Pada suatu hari, ada seorang ibu menghubungi seorang pendeta via telepon sambil menangis-nangis.

"Pak, tolonglah saya " pinta ibu ini sambil sesenggukan dari seberang.

"Ada apa ta , Ci?" jawab bapak pendeta.

"Giwang saya kecemplung dalam toilet, Pak" kata sang ibu. Masih dalam nada yang sesenggukan.

"Lho kan Cece bisa beli lagi ta" pak pendeta mencoba menghibur

"Bapak ini ndak tahu" seskali suaranya nampak tersendat-sendat

"Berapa karat sih Ci" tanya pak pendeta penasaran.

"Seperempat karat Pak " jawab sang ibu.

"Lha kalo cuma seperempat karat kan itu kecil sekali Ci " sekali lagi bapak pendeta mencoba menghibur. Terlebih bapak pendeta ini mengerti betul kalau ibu ini adalah orang berada.

"Bapak ini ndak ngerti" lagi-lagi ibu ini tetap mengatakan bahwa bapak pendeta ini tidak mengerti permasalahannya.

"Pak, itu giwang merupakan gift dari alm. suami saya yang dibeli dari gaji pertama kali suami saya kerja Pak. Itu merupakan permata terbaik saya. Ia adalah mutiara terindah dari segala harta milik saya Pak" penjelasan ini membuat bapak pendeta terdiam.

Kemudian bapak pendeta ini memanggil jasa penyedotan septitank untuk menyelesaikan kasus ini.




Hari berikutnya ibu ini sudah nampak ceria lengkap dengan sepasang giwang di telinganya.

"Trimakasih lho Pak atas solusinya " sang ibu membuka pembicaraan.

"Critanya bagaimana bu?" tanya pak pendeta.

Kemudian sang ibu ini menceritakan detail kisah penyelamatan giwang yang terhilang ini.

Ibu ini bercerita, ketika isi septitank tinggal seperempat kaki, beliau turun tangan dan masuk kedalam septitank.

Rumah ibu ini masih model lama, sehingga model septitanknya pun juga model lama sehingga memungkinkan beliau masuk dan turun tangan.

Yup!

Turun tangan.

Ibu ini dengan rela dan suka cita mengobok-obok kotoran manusia dengan tangannya sendiri. Dia rela mengotori tangannya.

Usahanya tidak sia-sia.

Ketika ibu ini menemukan giwangnya diantara tumpukan kotoran manusia : dia bersorak dan membersihkannya dengan tissue dan langsung memakainya.

Ketika ibu ini menemukan mutiaranya yang hilang, dia bersorak-soarai, dia mengundang banyak orang untuk datang kedalam pesta merayakan kembalinya giwang kesayangannya yang hilang.

(kisah disadur dari kjisah nyata dalam kotbah Bapak. Pdt. Ir. Timotius Arifin DPM tanggal 8 Juni 2008 di Rock Center)


Bila sang ibu saja rela turun tangan , terjun diantara kotoran manusia, terlebih Allah yang penuh kasih.

Dia rela turun tangan, menanggalkan keIlahianNya [Tuhan, Tuan] dan mengambil rupa seorang hamba [manusia].

Dia berkenan turun tangan dan mencari manusia diantara tumpukan kotoran yang najis, lebih kotor dari kotoran manusia : dosa.


Heb 2:6 Ada orang yang pernah memberi kesaksian di dalam suatu nas, katanya:
"Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya, atau anak manusia, sehingga
Engkau mengindahkannya?

Manusia dibuatnya menjadai sangat berharga dimatanya sehingga Dia rela untuk turun dan mencari yang hilang diantara semua kotoran dosa manusia.

Dia yang tidak kotor [Maha Kudus] dibuatnya menjadi kotor [najis].

Dia yang tidak berdosa dibuatnya menjadi berdosa.

2Co 5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita,
supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Dia tidak sekedar membersihkan manusia dengan tissue, namun dia membersihkannya dengan air yaitu air kehidupan, yakni Darah Anak Domba.

1Co 6:11 Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah
memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam
nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.


Eph 1:7 Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya,


Tuhan mencari yang terhilang, sama seperti ibu tadi yang mencari perhiasannya yang paling berharga, maka manusia adalah milik kepunyaan Allah yang paling berharga.

Psa 17:8 Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan
sayap-Mu


Zec 2:8 Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, yang dalam kemuliaan-Nya telah mengutus aku, mengenai bangsa-bangsa yang telah menjarah kamu--sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya--:



...maka bertindaklah dan berperanlah sebagai biji mata selayaknya harus berperan dan bertindak




with warm regards

2 comments:

Fery! GFRESH! said...
This comment has been removed by the author.
Fery! GFRESH! said...

Cerita yang bagus!
www.kacamata3d.blogspot.com