Pikirannya liar.
Usianya telah beranjak 30 tahun, namun dirinya belum tahu langkah apa dan kemana harus dia ambil.
Terlebih kedua orang tuanya : Mau jadi apa anak ini nanti?
Semua saudara-saudarinya telah sukses menjadi orang.
Kini tinggal dirinya sendiri yang masih menunggu dan ditungu jawabannya : Quo Vadis?
Hari itu, dalam pencarian hidupnya tiba-tiba matanya tertuju pada sosok bayi mungil yang baru saja lahir yang dibuang oleh orang tuanya.
Hatinya terkesiap :
Mau jadi apa bayi ini yang tega dibuang oleh orang tuanya?
Pertanyaan itu menusuk hatinya.
Ya
Mau jadi saya saat ini?
Akhirnya dia mengambil bayi itu, merawat dan membesarkanya.
Ia mendirikan panti asuhan dan mendedikasikan hidupnya bagi anak-anak terlantar yang dibuang oleh orang tuanya.
Itulah panggilan hidupnya dari Tuhan.
Dia dipanggil oleh Tuhan untuk melayani anak-anak terlantar.
Dia memulai bersama Tuhan.
Dan dia pun mau mengakhiri bersama Tuhan.
Pada suatu hari, yayasannya mengalami kekurangan dana dan pangan.
Anak-anak yang biasanya tercukupi makan nasi, kali ini harus memasak beras dengan perbandingan air 1:6, alias masak bubur.
Toh dia tetap membawa dalam doa kepada Tuhan.
Bila Tuhan mempercayakan anak-anak ini dalam tangannya, maka Tuhan sendiri pun yang akan memelihara mereka.
Dia mulai duduk bersimpuh, melipat tangannya dan berdoa.
Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)
(ITB - Mat 6:9-13)
"Therefore, this is how you should pray: 'Our Father in heaven, may your name be kept holy. May your kingdom come. May your will be done, on earth as it is in heaven. Give us today our daily bread, and forgive us our sins, as we have forgiven those who have sinned against us. And never bring us into temptation, but deliver us from the evil one.'
(ISV - Mat 6:9-13)
Sesaat kemudian, masuklah seorang pria paruh baya yang baik budi [a genteleman].
Saudaraku,
Ketahuilah, saya datang kemari karena saya hanya mau taat kepada Tuhan
Ketika saya dalam doa pribadi saya, Tuhan menyuruh saya untuk membawa kopor sebesar mungkin dan memasukkan uang sebanyak mungkin kedalamnya.
Dan membawa serta menyerahkan kepadamu anak muda.
Dengan uang sebanyak ini, kamu tidak perlu kuatir sepanjang hidupmu untuk mengurusi dan memenuhi segala kebutuhanmu.
Anak muda itu duduk terdiam.
Hening
Kemudian dia berucap
Beri saya waktu tiga hari.
Saya akan berdoa dulu apakah saya boleh menerima pemberian dari anda atau tidak.
Tiga hari kemudian, gentelman ini datang kembali sambil membawa koper yang berisi uangnya yang semula.
Anak muda ini pun berucap
Bapak,
Terimakasih atas perhatian bapak sehingga sanggup memberikan yang terbaik dari Bapak buat saya, agar saya tidak merasa kuatir untuk kekurangan seumur hidup saya.
Benar, dengan uang itu saya tidak perlu kuatir seumur hidup saya mengenai apa yang hendak kami makan dan apa yang hendak kami pakai [Mat 6:25].
Akan tetapi saya justru akan menjadi kuatir kehilangan kasih Yesus yang saya perlukan setiap saat.
Saya tidak lagi mengandalkan Yesus, tetapi mengandalkan pemberian anda.
Jadi saya mohon maaf atas penolakan saya ini.
Biarlah kami hidup dari pemberian Tuhan setiap hari
Lord, Give us today our daily bread
Not yesterday bread
Not tomorrow bread
Not weekly bread
Not montlhy bread
Not yearly bread
Not a whole long life bread
But,
Just give us OUR DAILY bread, which is always FRESH
with warm regards
adaptasi dari khotbah Rev. Dr. Jong Kuk Kim
Rock Center, 29 Juni 2008
No comments:
Post a Comment