Akhirnya hari itu tiba juga, ketika seorang yang pelit bernama si Pelit di daerahnya meninggal dunia.
Dia dijemput malaikat kematian dan langsung dibawa menghadap tahta pengadilan.
Dalam sidang ini dia sangat ketakutan dan tidak dapat melakukan pembelaan apapun untuk menyelamatkan dirinya dari hukuman kekal.
Si pendakwa telah siap mendakwa dia sebagai tertuduh
Tidak satupun kebaikan pernah dia lakukan dalam hidupnya.
Sidang memutuskan untuk memasukkan orang ini kedalam neraka.
Dia menangis dan meronta-ronta ketika dia dibawa dan dilemparkan kedalam neraka
Disana dia disiksa siang malam.
Disana dia dibuat mainan oleh orang-orang yang jauh lebih kuat dan perkasa dari dia.
Pada hari berikutnya ada sidang pengadilan.
Kali ini yang menjadi terdakwa adalah seorang pengemis yang miskin.
Dalam sidang itu banyak sekali perbuatan-perbuatan baik dan kasih yang dilakukan oleh pengemis ini meskipun dia miskin dan berkekurangan.
Hatinya selalu iba terhadap orang lain yang kondisinya jauh lebih buruk dari dirinya.
Dia juga memberi kesaksian siapa-siapa saja yang telah melakukan perbuatan baik terhadap dirinya.
Salah satunya adalah orang pelit yang sudah dimasukkan kedalam neraka.
Sang Hakim bertanya :
"Perbuatan baik apakah yang pernah dia lakuka kepadamu?" hakim bertanya.
"Dia telah memberikan kepada saya selembar daun bawang yang sudah layu. Namun saya tetap menerimanya dan berterima kasih, sebab saya memerlukan itu untuk bumbu sayur hari itu" demikianlah si pengemis menjelaskan secara singkta.
"Oh ternyata ada juga perbuatan baik yang pernah dia lakukan"
"Baiklah , kalau begitu, kamu saya persilakan untuk masuk kesorga" kata sang hakim.
Kemudian selain itu, sang hakim juga menuyruh salah satu malaikat untuk mengambil daun bawang yang telah diberikan si Pelit tadi yang telah diberikan kepada pengemis untuk menyelamatkan dia dari hukuan neraka.
Rupanya si Pelit tadi saking ketakutan sehingga dia lupa sama sekali akan perbuatan kasihnya, mengingat selama hidupnya dia selalu dicap sebagai orang pelit yang jahat oleh tetangga-tetangganya.
Ketika malaikat sampai di pintu gerbang neraka, para terhukum merasa was-was dan dag dig dug, menantikan siapa dari antara mereka yang akan diampuni saat itu, karena peristiwa ini sangat langka.
"Siapa diantara kalian yang memiliki daun bawang ini?" tanya sang malaikat sambil mengibar-kibarkan sehelai daun bawang layu.
Kali ini semua manusia yang terhukum di neraka tidak bisa lagi berbohong.
Maka hanya pemilik daun bawang asli lah yang berhak untuk angkat tangan.
Merasa si Pelit mengenali daun bawang yang pernah diberikan semasa hidupnya kepada seorang pengemis tua, si Pelit ini pun angkat tangan.
"Ok, kamu maju sekarang dan ambillah daun bawang ini, sekiranya dia bisa menyelamatkan kamu" malaikat itu mengulurkan daun bawang sambil tetap memegangi ujung daun bawang satunya.
Si Pelit pun meraih ujung daun bawang layu itu.
Kemudian malaikat itu menarik kembali daun bawang itu.
Si Pelit yang telah memegang ujung daun bawang ikut terangkat naik.
Betapa bahagia dan leganya ketika dia terangkat naik dari neraka.
Melihat kawan barunya diselamatkan dan terangkat naik, maka seseorang yang berada didekatnya segera meraih kaki si Pelit dan dia pun ikut terangkat.
Begitu juga teman-temanya melihat temanya ikut terangkat, maka semua isi neraka bergiliran memegangi kaki teman-temanya yang sudah terangkat.
Aneh , daun bawang ini cukup kuat untuk mengangkat semua orang dari neraka.
Si Pelit kemudian melihat kebawah untuk melihat nasib teman-teman barunya.
Betapa kagetnya dia, ketika mata kepalanya menyaksikan semua teman-teman barunya bergelayutan di kakinya sambung menyambung.
Si Pelit merasa tidak terima.
"Hei...apa-apan kalian ini semua, daun bawang ini adalah milikku!"
"Kalian tidak memiliki hak atas daun bawang ini!"
"Lepaskan pegangan kalian dari kaki ku!" si Pelit berteriak sambil menjejak-jejakkan kakinya, berusaha menyingkirkan teman-temannya dari kakinya.
Namun mereka tetap tidak mau melepaskan pegangannya.
Maka satu tangannya dia lepaskan dari pegagangan daun bawangnya untuk melepaskan pegangan tangan orang yang telah mencengkeram kakinya.
Tidak disangka justru tanganya ditangkap oleh teman yang lain untuk berpegangan.
Si Pelit tentu saja semakin marah dan untuk itu dia mencoba melepaskan tangannya dengan tangan satunya....
...Si Pelit kembali jatuh ke neraka setelah kehilangan pegangan kedua tangannya yang memegang daun bawang, diikuti teman-teman di bawahnya...(Adaptasi dari cerita masa kecil yang saya baca di majalah Bobo di era tahun 80an)
Moral cerita :
Perlu digaris bawahi bahwaa pa yang hendak saya sampaikan bukanlah keselamatan adalah hasil perbuatan baik manusia, namun saya fokus pada apa itu perbuatan baik dalam hidup mu.
Perhatikan kisah dibawah ini
Ada seorang gadis kecil sedang duduk berdoa sambil menangis.
"Tuhan, tidakkah Engkau mengasihi aku?"
"Tuhan, jauhkan dari saya orang-orang yang telah menjahati saya"
"Jauhkan Ani dari saya yang selalu menjambaki rambut saya"
"Jauhkan Tedy dari saya yang selalu meminta uang jajan saya"
"Jauhkan kakak saya yang selalu menyuruh saya mengepel lantai setiap hari"
"Jauhkan ibu saya yang telah mencubiti paha saya ketika dia marah"
"Jauhkan bapak saya yang telah memukuli saya ketika dia marah"
"Tuhan, mengapa saya harus menanggung semua ini selama hidup saya"
"Tuhan mengapa Engkau tidak pernah mempedulikan aku selama ini"
"Tuhan mengapa Engkau tidak pernah menjawab doaku selama ini"
"Tuhan, apakah Engkau tuli"
"Tuhan mengapa Engkau diam, apakah Engkau bisu Tuhan"
"Tuhan, mengapa Engaku tidak turun tangan menolong aku"
"Tuhan, apakah Engkau benar-benar ada selama ini"
"Tuhan, mengapa Engkau tega melakukan ini kepada saya"
"Sementara orang-orang yang telah menjahati saya hidupnya bahagia sekali"
"Tuhan lebih sayang dan peduli sama mereka"
"Tuhan telah ikut-ikutan jahat seperti mereka jahat kepada saya"
"Baiklah Tuhan, ini lah doa saya terakhir kali dari saya"
silent
"Anak Ku"
"Aku telah mendengar doamu dari sejak pertama kali kamu berdoa"
"Dan aku telah berbicara kepadamu selama ini"
"Namun kamu tidak pernah bisa mendenagr suara saya selama ini karena kamu tidak pernah memberi saya waktu untuk berbicara"
"Ketika engkau selesai berdoa, kamu langsung pergi tanpa memberi kesempatan sedikitpun kepadamu untuk berbicara"
"Ketika kamu berdoa lagi untuk yang kedua kali, untuk yuang ketiga kali, untuk yang kesekian kali, kamu tetap saja tidak pernah memberikan waktu kepada saya untuk berbicara kepadamu"
"Kamu langsung beranjak pergi dari pada Ku"
"Baru kali ini, yang terakhir kali inilah kamu memberi kesempatan kepada saya untuk berbicara dalam keputus asan mu"
"Anak Ku, mengapa kamu berdoa kepada Ku dengan membawa sungut-sungut mu kepada Ku?"
"Aku merasa tidak nyaman anak Ku"
"Tidak ada satu kebaikkan pun kah yang pernah saya lakukan dalam hidupmu anak Ku?"
1Th 5:18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
with warm regards
No comments:
Post a Comment