Thursday, May 8, 2008

Prodigal Son : another perspective



The Prodigal Son, also known as the Lost Son, is one of the best known parables of Jesus. It appears only in the Gospel of Luke, in the New Testament of the Bible. By tradition, it is usually read on the third Sunday of Lent. It is the third and final member of a trilogy, following the Parable of the Lost Sheep and the Parable of the Lost Coin.

The Return of the Prodigal Son (1773) by Pompeo Batoni
The Return of the Prodigal Son (1773) by Pompeo Batoni


Kisah ini tercatat didalam Lukas 15:11-32

Perspektif yang selama ini terlupakan adalah justru si anak sulung yang sepintas lalu hanay seperti pemanis cerita saja.

Luk 15:25-32
(25) Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
(26) Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.
(27) Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
(28) Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
(29) Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
(30) Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.
(31) Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
(32) Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."

Dua hal kunci yang perlu digaris bawahi adalah :

1. Anak sulung berada di ladang Sang Bapa [ayat 25]
2. Anak sulung tidak menyadari haknya [ayat 32]

Siapakah pekerja-pekerja diladang Bapa itu?

Siapakah anak sulung-anak sulung itu?

Semua itu tidak lain adalah kita semua.

Kita yang percaya pada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah lahir baru.

Kelahiran baru ini membuat kita menjadi anak sulung dalam kehidpan baru kita dihadapan Bapa.

Dan anak sulung ini pula lah yang sebenarnya berhak atas berkat ganda : double portion.


Namun sayang, banyak diantara kita yang tidak menyadari hal ini.

Sering kita iri dengan kehidupan anak Tuhan yang baru lahir baru, jauuuuh lebih lama kita, namun kita melihat kehidupan petobat baru ini jauh lebih diberkati dalamsegala aspek kehidupan.

Kita menjadi iri :

Wow,

Saya sudah bertahun-tahun menjadi anak Tuhan

Saya sudah bertahun-tahun menjadi hamba Tuhan

Saya sudah bertahun-tahun menjadi pelayan Tuhan

Namun tidak pernah menikmati berkat-berkat seperti itu!

Kita berteriak : Bapa tidak adil!

Namun Bapa menjawab

Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.

Kita terlalu sibuk bekerja : entah diladangNya, entah diladang kita

Sampai kita tidak menyadari bahwa sebenarnya kita hidup dalam hadirat Bapa, hidup dalam lumbung Bapa, namun sepertinya itu semua bukan punya kita.

Mat 20:1-16
(1) "Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya.
(2) Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya.
(3) Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar.
(4) Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi.
(5) Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi.
(6) Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari?
(7) Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku.
(8) Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu.
(9) Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar.
(10) Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga.
(11) Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu,
(12) katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.
(13) Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?
(14) Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu.
(15) Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?
(16) Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."
Kita melupakan diri kita bahwa kita sesungguhnya anak sulung!

Deu 21:17 Tetapi ia harus mengakui anak yang sulung, anak dari isteri yang tidak dicintai itu, dengan memberikan kepadanya dua bagian dari segala kepunyaannya, sebab dialah kegagahannya yang pertama-tama: dialah yang empunya hak kesulungan."
Sehingga kita anak sulung menjadi anak bungsu

(Mat 20:16) Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."



with warm regards

No comments: