Adakah perayaan Natal terlintas dalam benak mereka?
Mengapa kita bertanya hal ini pada mereka?
Siapakah yang peduli dengan mereka, jangankan mereka peduli dengan perayaan Natal sebab :
- Untuk makan sehari-hari saja mereka harus meminta belas kasih orang lain
- Selain memikirkan makan, mereka juga harus memikirkan uang setoran kepada 'koordinator' mereka
- Mereka kadang juga harus membayar fee pinjaman atas bayi-bayi yang dia pinjam
- Dan yang terpenting : tahukah mereka tentang apa itu Natal - terlebih - sudah mengenalkah mereka akan pribadi Yesus?
Jam masih menunjukkan pukul 5.15 WIB ketika mobil teman saya berbelok dari arah jalan raya utama menuju jalan ke arah gereja tempat dia melayani. Sekilas matanya sempat melirik memperhatikan di ujung pengkolan jalan sebelah kanan ada seorang pengemis manita separuh baya sedang duduk beralaskan kardus bekas salah satu mie instant. Pakainnya berwarna coklat tua. Entah memang coklat tua atau memang sudah kumal. Maklum hujan rintik-rintik sehingga agak mengaburkan pandangan matanya. Untuk menghindari dari gerimis, pengemis tadi memakai topi anyaman bambu yang sama saja kumalnya. Disamping kirinya terdapat kain bekas tepung terigu putih bercak kehitaman - tanda sudah berjamur. Hmm, mungkin itu tempat harta bendanya hasil mengemis dan atau mungkin juga tempat bekal makanan seadanya. Sesekali temen saya sempat melihat 2-3 orang jemaat yang memberi lembaran uang kertas pada pengemis tadi. Namun sebagian besar lewat begitu saja. Termasuk dirinya - maklum dia tidak sempat mendekati pengemis tadi, lagian kalau dia nekat berhenti di jalan yang rame persis di jalan masuk maka dia siap-siap mendapat omelan bahkan umpatan dari pengendara mobil di belakangnya.
Sementara itu di sisi sebelah kiri jalan, dia melihat sekumpulan anak muda sedang mengurusi sebuah kamera video amatir. Mungkin mereka sedang belajar mengambil gambar video buat tugas atau yah memang benar-benar amatiran, lha bukannya ini hari agak gerimis kog ya nekad keluar ruangan di udara terbuka dan gerimis lagi dengan membawa perlengakapan video recorder.
Tidak jauh dari pengemis pertama tadi, lagi-lagi temen saya mendapati seorang pengemis wanita separuh baya juga. Ah, kenapa ada dua pengemis wanita ya di seputar gereja ini? Demikian pikir temen saya. Hmm, mungkin karena ini bertepatan dengan perayaan Natal, sehingga para pengemis ini memanfaatkan situasi ini.
Setelah memarkir mobilnya, temen saya langsung masuk ke dalam gedung gereja untuk melihat-lihat situasi serta mengecek persiapan akhir acara perayaan yang akan dimulai jam 6.00 WIB sebentar lagi - sebelumnya sempat juga menyalami beberapa petugas gereja dan beberapa satpam dia kasih lempar senyumnya yang khas.
Setelah cek sana cek sini, dia kembali ke halaman depan gereja.
Waktu telah menunjukkan pukul 5.37 WIB
Matanya tertuju kepada salah satu sosok pengemis yang ada di jalan depan tadi ternyata sudah duduk di depan gerbang gereja. Kemudian dia panggil salah seorang satpam.
"Pak Satpam, seandainya pengemis itu masuk ke lingkungan gereja, biarka saja masuk - asal bapak awasi saja. Barangkali, dia mungkin tertarik juga dengan kabar gembira bagi umat manusia bahwa telah lahir Seorang Juru Selamat diantara kita " kata teman saya sambil tersenyum. Pak satpam pun ok-ok saja atas instruksi 'boss' nya.
Jemaat pengunjung gereja mulai mengalir ramai. Mereka datang dengan canda cerianya, sembari sekali-sekali ada yang merapikan baju baru nya. Ada juga yang mengelap sepatu baru nya yang kotor oleh lumpur akibat gerimis dengan tissue - sambil sedikit ngomel juga sih. Namun omelan yang membuat wajah mereka tampak kecut berubah jadi manis ketika usher menerima mereka dengan ucapan selamat datang dan selamat hari natal nya.
Apalagi ada team documenter yang telah siap mengabadikan peristiwa ini dengan kamera video. :)
Waktu telah menunjukkan pukul 5.55 WIB.
Acara perayaan natal bersama segera dimulai.
Paruh awal acara berjalan lancar, namun saat pengumpulan persembahan yang diakhiri dengan puji-pujian team paduan suara dan musik , baik team paduan suara dan musik sama-sama gelagapan karena dirigent dan organist nya ternyata tidak bisa hadir. Tidak ada yang siap menggantikan posisi mereka secara mendadak ini.
Belum lagi terjadi keributan kecil terjadi karena ternyata dua orang pengemis tadi masuk kedalam gereja!
Hampir semua mata tertuju pada sosok pengemis ini.
Pelan-pelan mereka berdua berjalan diantara lorong-lorong barisan kursi sambil melirik ke kiri dan kekanan.
Para jemaat yang dilewati pun merapatkan barisan - menutup kemungkinan sang pengemis duduk di sebelah mereka.
Mereka berdua terus berjalan beriringan ke arah depan.
Memang benar, sudah menjadi kebiasaan para jemaat hampir diseluruh gereja di mana saja, memiliki kecenderungan untuk memenuhi tempat duduk di barisan paling belakang. Hal ini menyebabkan tempat duduk barisan paling depan menjadi kosong.
(...coba kalau ada acara bagi-bagi hadiah atau sembako, pasti berebutan duduk di paling depan :) )
Nah, biasanya juga, para majelis gereja juga duduk di deretan paling depan.
Melihat gelagat ini, salah seorang majelis gereja mengambil inisiatif untuk mengusir para pengemis yang 'tidak tahu diri' ini. Ah barangkali pikirannya sama dengan para jemaat : tidak mau duduk bersebelahan :) - pikir saya.
Tapi niat itu dicegah olah teman saya yang menjabat sebagai ketua majelis gereja. Biarkan saja, ini adalah hari lahirnya Sang Raja dalam segala kesederhanaannya. Biarlah pengemis yang sederhana itu turut menyambut Sang Raja dengan kesederhanaan pula.
Ternyata kedua pengemis ini tidak mengambl tempat duduk di deretan paling depan. Mereka terus berjalan kedepan mendekati peti persembahan. Para jemaat dan majelis was-was, jangan-jangan mereka mengambil uang persembahan - karena tidak puas dengan hasil mengemisnya hari itu.
Benar
Kedua pengemis ini mulai membuka kantong kain nya dan melihat ke arah peti persembahan
Semua orang menahan napas
Klinting ....kroncang ....klotak....bluk....
Terdengar suara logam membentur logam
Terdengar suara logam membentur kotak persembahan yang terbuat dari kayu
Kedua pengemis tadi bukannya mengambil uang persembahan, namun menumpahkan seluruh isi kantung hasil mengemisnya seharian ke dalam kotak persembahan.
Tidak sampai disitu
Kedua orang tadi masing-masing mengambil posisi seorang dirigent dan seorang organist
Semua orang diam terpaku
Merenung
Menghela napas lega
Menghela napas terharu
Menghela napas menangis
Terlebih saat layar video menampilkan gambar hasil rekaman seluruh live drama
Malu, dirinya kedapatan kamera tidak memberi sepeser pun kepada pengemis tadi
Malu, dirinya kedapatan meludahi - meskipun sampa tidak mengenai
Malu, dirinya seorang majelis gereja ikut-ikutan tertangkap kamera tidak berbelas kasih
Bangga, dirinya kedapatan kamera sedang memberi ...
Terharu,seluruh perasaan campur aduk ...
Akhirnya
Ketua majelis berdiri dan berjalan menuju mimbar
'Saudara-saudara sekalian, kami mohon maaf atas kejadian yang baru saja terjadi, bukan bermaksud untuk mempermalukan bapak ibu saudara sekalian. Namun hal ini kita jadikan sebagai peringatan bahwa, semua itu bisa terjadi pada kita. Pada saya dan pada bapak ibu sekalian. Yang tidak memberi, tidak perlu malu. Yang memberi, jangan bangga. Semua yang terjadi adalah potret nyata kehidupan kita. Maka biarlah melalui perayaan natal ini, kita meminta hati seorang hamba , yaitu hati yang mau melayani sesama dan hati seorang Bapa, yaitu hati yang mau mengasihi sesama. Selamat merayakan Natal. Damai di Sorga, damai di bumi, damai di hati'
Salam
Note:
Kisah diatas adalah kisah yang sesungguhnya terjadi.
Tempat dan nama saya tinggalkan anomim.
Dramatisasi diatas tidaklah sama persis dengan kejadian sesungguhnya, namun saya buat berdasar narasi (kesaksian) teman saya diatas.
Sementara itu di sisi sebelah kiri jalan, dia melihat sekumpulan anak muda sedang mengurusi sebuah kamera video amatir. Mungkin mereka sedang belajar mengambil gambar video buat tugas atau yah memang benar-benar amatiran, lha bukannya ini hari agak gerimis kog ya nekad keluar ruangan di udara terbuka dan gerimis lagi dengan membawa perlengakapan video recorder.
Tidak jauh dari pengemis pertama tadi, lagi-lagi temen saya mendapati seorang pengemis wanita separuh baya juga. Ah, kenapa ada dua pengemis wanita ya di seputar gereja ini? Demikian pikir temen saya. Hmm, mungkin karena ini bertepatan dengan perayaan Natal, sehingga para pengemis ini memanfaatkan situasi ini.
Setelah memarkir mobilnya, temen saya langsung masuk ke dalam gedung gereja untuk melihat-lihat situasi serta mengecek persiapan akhir acara perayaan yang akan dimulai jam 6.00 WIB sebentar lagi - sebelumnya sempat juga menyalami beberapa petugas gereja dan beberapa satpam dia kasih lempar senyumnya yang khas.
Setelah cek sana cek sini, dia kembali ke halaman depan gereja.
Waktu telah menunjukkan pukul 5.37 WIB
Matanya tertuju kepada salah satu sosok pengemis yang ada di jalan depan tadi ternyata sudah duduk di depan gerbang gereja. Kemudian dia panggil salah seorang satpam.
"Pak Satpam, seandainya pengemis itu masuk ke lingkungan gereja, biarka saja masuk - asal bapak awasi saja. Barangkali, dia mungkin tertarik juga dengan kabar gembira bagi umat manusia bahwa telah lahir Seorang Juru Selamat diantara kita " kata teman saya sambil tersenyum. Pak satpam pun ok-ok saja atas instruksi 'boss' nya.
Jemaat pengunjung gereja mulai mengalir ramai. Mereka datang dengan canda cerianya, sembari sekali-sekali ada yang merapikan baju baru nya. Ada juga yang mengelap sepatu baru nya yang kotor oleh lumpur akibat gerimis dengan tissue - sambil sedikit ngomel juga sih. Namun omelan yang membuat wajah mereka tampak kecut berubah jadi manis ketika usher menerima mereka dengan ucapan selamat datang dan selamat hari natal nya.
Apalagi ada team documenter yang telah siap mengabadikan peristiwa ini dengan kamera video. :)
Waktu telah menunjukkan pukul 5.55 WIB.
Acara perayaan natal bersama segera dimulai.
Paruh awal acara berjalan lancar, namun saat pengumpulan persembahan yang diakhiri dengan puji-pujian team paduan suara dan musik , baik team paduan suara dan musik sama-sama gelagapan karena dirigent dan organist nya ternyata tidak bisa hadir. Tidak ada yang siap menggantikan posisi mereka secara mendadak ini.
Belum lagi terjadi keributan kecil terjadi karena ternyata dua orang pengemis tadi masuk kedalam gereja!
Hampir semua mata tertuju pada sosok pengemis ini.
Pelan-pelan mereka berdua berjalan diantara lorong-lorong barisan kursi sambil melirik ke kiri dan kekanan.
Para jemaat yang dilewati pun merapatkan barisan - menutup kemungkinan sang pengemis duduk di sebelah mereka.
Mereka berdua terus berjalan beriringan ke arah depan.
Memang benar, sudah menjadi kebiasaan para jemaat hampir diseluruh gereja di mana saja, memiliki kecenderungan untuk memenuhi tempat duduk di barisan paling belakang. Hal ini menyebabkan tempat duduk barisan paling depan menjadi kosong.
(...coba kalau ada acara bagi-bagi hadiah atau sembako, pasti berebutan duduk di paling depan :) )
Nah, biasanya juga, para majelis gereja juga duduk di deretan paling depan.
Melihat gelagat ini, salah seorang majelis gereja mengambil inisiatif untuk mengusir para pengemis yang 'tidak tahu diri' ini. Ah barangkali pikirannya sama dengan para jemaat : tidak mau duduk bersebelahan :) - pikir saya.
Tapi niat itu dicegah olah teman saya yang menjabat sebagai ketua majelis gereja. Biarkan saja, ini adalah hari lahirnya Sang Raja dalam segala kesederhanaannya. Biarlah pengemis yang sederhana itu turut menyambut Sang Raja dengan kesederhanaan pula.
Ternyata kedua pengemis ini tidak mengambl tempat duduk di deretan paling depan. Mereka terus berjalan kedepan mendekati peti persembahan. Para jemaat dan majelis was-was, jangan-jangan mereka mengambil uang persembahan - karena tidak puas dengan hasil mengemisnya hari itu.
Benar
Kedua pengemis ini mulai membuka kantong kain nya dan melihat ke arah peti persembahan
Semua orang menahan napas
Klinting ....kroncang ....klotak....bluk....
Terdengar suara logam membentur logam
Terdengar suara logam membentur kotak persembahan yang terbuat dari kayu
Kedua pengemis tadi bukannya mengambil uang persembahan, namun menumpahkan seluruh isi kantung hasil mengemisnya seharian ke dalam kotak persembahan.
Tidak sampai disitu
Kedua orang tadi masing-masing mengambil posisi seorang dirigent dan seorang organist
Semua orang diam terpaku
Merenung
Menghela napas lega
Menghela napas terharu
Menghela napas menangis
Terlebih saat layar video menampilkan gambar hasil rekaman seluruh live drama
Malu, dirinya kedapatan kamera tidak memberi sepeser pun kepada pengemis tadi
Malu, dirinya kedapatan meludahi - meskipun sampa tidak mengenai
Malu, dirinya seorang majelis gereja ikut-ikutan tertangkap kamera tidak berbelas kasih
Bangga, dirinya kedapatan kamera sedang memberi ...
Terharu,seluruh perasaan campur aduk ...
Akhirnya
Ketua majelis berdiri dan berjalan menuju mimbar
'Saudara-saudara sekalian, kami mohon maaf atas kejadian yang baru saja terjadi, bukan bermaksud untuk mempermalukan bapak ibu saudara sekalian. Namun hal ini kita jadikan sebagai peringatan bahwa, semua itu bisa terjadi pada kita. Pada saya dan pada bapak ibu sekalian. Yang tidak memberi, tidak perlu malu. Yang memberi, jangan bangga. Semua yang terjadi adalah potret nyata kehidupan kita. Maka biarlah melalui perayaan natal ini, kita meminta hati seorang hamba , yaitu hati yang mau melayani sesama dan hati seorang Bapa, yaitu hati yang mau mengasihi sesama. Selamat merayakan Natal. Damai di Sorga, damai di bumi, damai di hati'
Salam
Note:
Kisah diatas adalah kisah yang sesungguhnya terjadi.
Tempat dan nama saya tinggalkan anomim.
Dramatisasi diatas tidaklah sama persis dengan kejadian sesungguhnya, namun saya buat berdasar narasi (kesaksian) teman saya diatas.
No comments:
Post a Comment