Friday, December 7, 2007

Yesus dan pengemis

Teringat suatu kisah di tahun 1997, ketika saya baru pertama kali bekerja setelah lulus kuliah, saya mengajukan aplikasi kartu kredit ke sebuah bank swasta terbesar di Indonesia.



Ada dua alasan :

1. Sudah menjadi trend saat itu : uang plastik tersebut adalah salah satu tanda gengsi
2. Rekening saya berada di bank tersebut

Namun apa mau dikata, aplikasi saya ditolak ( Crying or Very sad )

Kemudia ada bank lain yang menawarkan fasilitas ini kepada saya - dan saya berlangganan kartu kedit bank ini sampai tahun 2006.

Saya memahami alasan penolakan tersebut, karena memang kebanyakan institusi perbankan waktu itu sangat bersikap hati-hati ( ini adalah salah satu syarat utama yang harus dipenuhi oleh bank ybs - prinsip kehati-hatian) dan kebanyakan dunia perbankan waktu itu bergerak di bidang corporate consumer.
Namun pihak bank yang menawarkan kartu kredit kepada saya tersebut adalah lebih banyak bergerak di bidang retail perbankan. Tindakan bank in sering di tertawakan oleh pihak bank lain dan produk kartu bank ini selalu diremehkan karena bersifat 'obral' dalam arti setiap orang bisa memiliki - tanpa ekslusivitas seperti produk yang mereka tawarkan khusus kelas menengah ke atas.
Baru setelah terjadi guncangan krisis moneter yang melanda seluruh kawasan Asia dan terutama Indonesia, mata mereka baru terbuka : hampir seluruh client perbankan ini kolaps dan tidak sanggup membayar bunga kredit yang mereka ambil, apalagi cicilan pokoknya. Alih-alih, banyak sekali perusahaan yang diambil alih dan bangkrut.
Lain halnya dengan bank satu ini, karena client nya kebanyakan retail consumer, maka aliran dana mereka tidak banyak terpengaruh, tidak banyak tingkat bad debt nya.
Pada akhirnya, hampir semua perbankan mengkuti pola pemberian fasilitas kredit bank ini. Namun sedikit terlambat ...
Bank pertama yang menolak saya tadi kemudian ikut-ikutan mengejar saya menawarkan fasilitas kartu kreditnya
Untuk mempertahankan saya, penyedia jasa kartu kredit saya menawarkan saya agar saya pindah ke gold member dengan plafon Rp 50-100 jt.

Waw...no thank you sir.... Smile

Saya cukup puas dengan fasilitas yang telah ada

Namun saya putuskan pada tahun 2006 kemaren untuk berhenti total dari setiap bentuk fasilitas yang ditawarkan oleh uang plastik ini.

Meskipun sampai saat ini, pihak bank ini masih saja mengeja-ngejar (cie), apalagi kalau lagi masuk mall-mall, akan banyak sekali bank-bank dan institusi pembiayaan lainya gencar menawarkan fasilitas kredit ini.


Bebas iuran tahunan
Bebas cicicalan 3 bulan pertama
Bebas mencicipi makanan ini itu di resto ini itu
Bebas fasilitas lounge di bandara ini itu
Bebas cicilan di bank lain bila pindah kartu kredit ...hmmm


Banyak diantara kita, di dalam dompetnya tidak berisi selembar uang pun namun adanya berlembar-lembar koleksi kartu kredit dari berbagai bank.





Kita dimanjakan oleh fasilitas uang plastik ini
kita dimanjakan dengan fasilitas mewah

Dan yang terpenting adalah :

Kita dimanjakan oleh fasilitas hutang!

Inilah yang membuat saya tersadar untuk berhenti memakai uang plastik ini.

Bila kita tidak bijak, maka kita akan terjebak hutang seuur hidup kita. Benar memang tidak terasa, namun itulah 'jebakan' sesungguhnya.
Pelanggan dimanjakan dengan fasilitas pembayaran minimal. Benar memang ada yang sanggup langsung bayar lunas, namun kebanyakan pada tertarik dengan fasilitas pembayaran minimal atau pembayaran suka-suka, dengan pemikiran bisa menyisihkan dana untuk kebutuhan lain.

A nice trap ...

An entrapment along life

Code:
They owed money to banks, credit card companies, and student loan organizations—and believed there was no end in sight.


Sumber : kesaksian 1, 2, 3

Bahkan mungkin ada yang berpendapat demikian :

Code:
...tapi sepertinya buat orang CC itu diperlukan untuk tambahan gaji. Nah lho... Jadi karena gaji ga cukup, trus pake CC kan jadi bisa beli barang ato cash advance (tau dah nulisnya kayak apa, pokoknya maksudnya ambil duit cash pake CC) walopun bunganya lebih tinggi


Sumber

Tulisan saya ini bukan bermaksud menimbulkan pro kontra adanya fasilitas kredit baik melalui kartu kredit maupun redit konvensional.

Apa yang hendak saya bahas adalah mengenai : hutang


Mat 25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.


Suster Theresa di suatu masa ...

"Be Jesus to everyone you meet. And in everyone you meet, see Jesus."

("Jadilah Yesus bagi setiap orang yang Engkau jumpai. Dan di dalam pribadi setiap orang yang Engkau jumpai, lihatlah Yesus ")

"I see God in every human being. When I wash the leper's wounds, I feel I am nursing the Lord Himself. Is it not a beautiful experience?"
"The poor give us much more than we give them. They’re such strong people, living day to day with no food. And they never curse, never complain. We don’t have to give them pity or sympathy. We have so much to learn from them.
"There is a terrible hunger for love."

("Aku melihat Tuhan dalam setiap manusia. Ketika aku membasuh luka si kusta, saya serasa merawat Tuhan itu sendiri. Bukankah hal ini merupakan suatu pengalaman yang sangat indah?
Sesungguhnya, Si miskin itu memberi kepada kita lebih banyak daripada apa yang kita berikan kepada mereka. Mereka adalah orang-orang yang sangat tangguh, yang hidup dari hari ke hari tanpa makanan. Meskipun demikian mereka tidak pernah mengutuk, mengeluh. Kita tidak perlu harus memberi mereka rasa kasihan atau simpatai.
Kita memiliki sedemikian banyak yang harus kita pelajari dari mereka.
Namun mereka sangat lapar dan haus akan kasih")


Apakah kita melakukannya hal itu karena didalam pribadi itu terdapat Tuhan?

Apakah saat kita memberi uang kepada pengemis, maka kita sesungguhnya memberi uang kepada Tuhan?

Apakah ketika kita memberi pakaian kepada orang miskin, berarti kita memberi pakaian kepada Tuhan?

Apakah karena semata-mata demikian : karena Tuhan, lantas bila suatu masa tidak ada Tuhan, maka kita tidak memberi kepada mereka?

Apakah maksud perkataan Tuhan diatas :


"...kamu telah melakukannya untuk Aku"


Ketika suatu kali saya sedang tidak masuk kerja, teman kerja saya mengambil alih tugas kerjaan saya waktu itu - ia telah menggantikan posisi saya saat itu. Dia telah melakukannya itu semua untuk aku. Thank you, I debt so much ...


Bukankah orang-orang miskin, tidak mampu, si sakit, dll adalah tanggung jawab Tuhan semua?

Luk 12:24 Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu!

Luk 12:30 ... Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu.


Ketika kita memberi makan
Ketika kita memberi uang
Ketika kita memberi pakaian
Ketika kita memberi tumpangan
Ketika kita memberi perawatan

Kepada si lemah







Kita 'memberi hutang' kepada Tuhan, kita melakukannya bagi Tuhan.

Dalam prolog diatas, serasa kita dimanjakan oleh fasilitas kredit alias hutang, mungkin ada yang terlena, mungkin ada yang kerja mati-matian sepanjang hidupnya untuk melunasi hutang tersebut. Kita sangat terikat dan terjerat dengan hutang -kita memikirkan segala cara bagaimana supaya segera melunasi semua hutang dan terbebas dari apa yang disebut dengan : HUTANG.

Bila manusia mungkin sampai stress dan bahkan ada yang bunuh diri gara-gara hutang, maka apa yang terjadi saat Tuhan memiliki 'hutang' dari manusia?

ITB-LAI
Pro 19:17 Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah,
memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.

Literal Trans
Pro 19:17 He who has pity on the poor
lends to Jehovah, and He will repay his dealing to him.


Bukankah kita harus menjadi saluran berkat?

Code:

1.5. To every man that asketh of thee give, and ask not back for the Father desireth that gifts be given to all from His own bounties. Blessed is he that giveth according to the commandment; for he is guiltless. Woe to him that receiveth; for, if a man receiveth having need, he is guiltless; but he that hath no need shall give satisfaction why and wherefore he received and being put in confinement he shall be examined concerning the deeds that he hath done, and he shall not come out thence until he hath given back the last farthing.


(1.5. Berikan untuk setiap orang yang meminta apapun kepada mu,dan janganlah memintanya kembali , sebab Bapa mu di Sorga menghendaki pemberian-pemberian (karunia, anugerah) itu semua diberikan kepada setiap orang seturut dengan kehendak Nya. Diberkatilah dia yang memberi sesuai dengan perintah; sebab dia tidak bersalah. Celakalah barangsiapa yang menerima; karena, barangsiapa yang menerima berkekurangan, maka dia tidak bersalah; namun barangsiapa yang menerima namun tidak dalam berkekurangan harus memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa dia telah menerima semuanya itu, dan dia tidak akan keluar dari dalam penjara sampai dia membayarkan kembali setiap sent nya)


Code:

1.6.Yea, as touching this also it is said; Let thine alms sweat into thine hands, until thou have learnt to whom to give


(1.6. Dan seperti diajarkan : 'Biarlah pemberian-pemberianmu meleleh ditangan mu sampai kamu tahu kepada siapa kamu harus memberikannya)

Sumber :Didache

Bukankah Tuhan tidak akan tinggal diam ketika ada anak-anakNya yang memiutangi DiriNya?


Salam

No comments: