Saturday, March 8, 2008

Blind Fish, Frog Fries

Blind Fish

Blindness may have provided an evolutionary advantage to a certain kind of fish that lives in dark underwater caves, say scientists.



Biologist William Jeffery of the University of Maryland and team report their research on the Mexican blind cavefish, (Astyanax mexicanus), in today's issue of the journal Nature.

The researchers identified genes responsible for the degeneration of the eyes of the cavefish, which lives in the deep, lightless caves off the Mexican coast.



They say their findings challenge the idea that blindness arose when genes involved in eye development accumulated mutations in unused eyes.



Soon after the cavefish starts developing in the egg, its eyes begin to degenerate and the fish is born blind. But fish of the same species which live in fresh water where there is light, grow eyes and have normal vision.


Ikan yang tinggal dalam daerah air pedalaman atau tinggal di gua-gua gelap, sedikit cahaya atau tanpa cahaya sama sekali, maka matanya akan terbiasa melihat dalam gelap.

Karena didalam gelap tidak ada apapun yang sanggup dilihat, maka ikan-ikan ini terbiasa untuk tidak melihat apapun.

Dengan kata lain : ikan ini menjadi buta, memiliki mata namun tidak dapat berfungsi untuk melihat.

Pun, ketika ikan ini dibawa kedalam perairan yang terang atau cukup cahaya, ikan ini tetap tidak dapat melihat lagi.

Ia telah membiarkan matanya untuk tidak peka cahaya dan menjadi buta.

Dan kebutaan ini diwariskan kepada anak cucunya.


Frog Fries

Sebenarnya ini bukan istilah yang tepat.

Frase ini saya ambil hanya untuk pemanis judul saja

Istilah yang tepat adalah : boiling frog.



Frog fries is a boiling frog in a pan of water

"Apparently, if you throw a frog into a saucepan of boiling water it will jump straight out (well wouldn't you?), but if you put it in a saucepan of cold water on a very low heat then the frog will not realise that the water is slowly warming up and will boil to death!"

Ketika kita menempatkan seekor katak kedalam panci berisi air mendidih, maka ia akan langsung melompat keluar untuk menyelamatkan diri.

Namun ketika kita menempatkan katak kedalam panci berisi air dingin, maka ia akan tetap tinggal diam menikmati kesejukan air ini.

Sebuah Zona nyaman!

Katak adalah hewan berdarah dingin, ketika kita mulai memanaskan panci dan suhu air didalam panci beranjak naik secara perlahan, maka katak ini tidak akan sanggup mendeteksi dan menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungan.

"Kodok dan katak hidup menyebar luas, terutama di daerah tropis yang berhawa panas. Makin dingin tempatnya, seperti di atas gunung atau di daerah bermusim empat (temperate), jumlah jenis kodok cenderung semakin sedikit. Salah satunya ialah karena kodok termasuk hewan berdarah dingin, yang membutuhkan panas dari lingkungannya untuk mempertahankan hidupnya dan menjaga metabolisme tubuhnya".

Dan pada akhirnya, karena tidak sanggup mengenali perubahan suhu lingkungan, tiba-tiba ia akan mati begitu saja di dalam air yang mendidih.

Burung berbeda dengan reptil dalam hal : suhu burung konstan (homotermik) sering disebut hewan berdarah panas. Karena itu burung mempunyai kemampuan mengatur suhu tubuhnya agar tetap stabil. Pada hewan berdarah dingin seperti ikan, amfibi, dan reptil tidak mampu mengatur suhu tubuhnya, sehingga suhu tubuhnya sangat tergantung pada keadaan lingkungannya. Hewan berdarah dingin disebut Poikilotermik".


Katak tidak mampu mengatur suhu tubuhnya sendiri.

Ia tidak memiliki mekanisme pengaturan suhu.




There is a strange phenomenon that biologists refer to as "the boiled frog syndrome". Put a frog in a pot of water and increase the temperature of the water gradually from 20oC to 30oC to 40oC…to 90oC and the frog just sits there. But suddenly, at 100oC, something happens: the water boils and the frog dies.



"Scientists studying environmental problems, particularly the greenhouse effect, see "the boiled frog syndrome" as a metaphor for the human situation: we have figuratively and in some ways literally, been heating up the world around us without recognising the danger."



Blind fish, frog fries...

Blind fish - seekor ikan yang membiarkan dirinya kehilangan kemampuan mata untuk melihat.

Ia telah membiarkan dirinya keilangan penglihatan matanya secara perlahan , karena ia berpikir : It's Okay, Man!

Till they lost their seeing capability!

Frog fries - seekor katak yang kehilangan nyawanya karena ia membiarkan dirinya dikendalikan oleh sekelilingnya, karena ia berpikir : It's Okay, Man. It's cool. I very enjoy it, I love it!

Till they lost their lifes!


"The story is generally told in a figurative context, with the upshot being that people should make themselves aware of gradual change lest they suffer a catastrophic loss."


Makna yang bisa kita ambil dari kedua kisah diatas adalah : kita kurang peduli bahkan tidak peduli akan adanya perubahan yang terjadi secara perlahan yang pada akhirnya menimbulkan bencana bagi kita sendiri.


Dalam tataran kehidupan kerohanian kita :

Kita membiarkan dan membiasaka diri kita tidak hidup dalam Firman Tuhan, kita tidak pernah membaca (mata) mendengar (telinga) Firman Tuhan : mata kita akan menjadi buta, telinga kita akan menjadi tuli

Karena kita berpikir : toh kita tetap masih bisa hidup

Ketika kita tidak peka dengan suara hati yang dari Tuhan, maka kan terjadi degradasi kehidupan etika moral.

Sex pra nikah, aborsi, penipuan, homosexualitas (lesby, gay, bisex)...


Don't be as blind fish - frog fries...



with warm regards

No comments: