Monday, February 25, 2008

Ular yang cerdik

Waktu saya kecil doeloe, sekitar usia 8-9 tahun, didekat rumah saya ada sebuah perempatan jalan desa.

Perempatan jalan ini pada hari-hari tertentu dalam penanggalan Jawa - hari pasaran Legi (hari pasaran Jawa meliputi 5 siklus hari pasaran: Pahing, Pon, Wage, Kliwon, Legi ; sehingga hari itu jatuhnya selalu berlainan hari pada hari penanggalan Gregorian) - sering berubah menjadi tempat pasar dadakan untuk transaksi jual beli.



Komoditi yang sering diperjualbelikan adalah hasil-hasil pertanian : padi, jagung dan kedelai. Ada juga ternak namun kebanyakan hasil ternak ayam.



Pasar akan bubar sekitar pukul 11.00 siang

Seperti biasanya, sepasang suami-istri yang berperan sebagai pedagang pengepul (mengumpulkan hasil pertanian dari para petani didesa dan kemudian menjualnya lagi ke kota) seusai bubaran pasar tersebut, sang istri (saya sering memanggilnya "siWo" atau "Bu Dhe" - namanya lupa )

Dia datang selalu minta tanah kering di halaman dan menyaringnya dengan ayakan sehingga didapatkan sejumlah besar tanah atau kerikil seukuran biji-biji kedelai.


Guest what...


Tanah atau batu kerikil tadi kemudian dicampur kedalam biji-biji kedelai hasil pembeliannya dari para petani.

Dua hingga sepuluh kilogram tanah-kerikil dicampur kedalam karung berisi 50 kilogram kedelai.



Tidak begitu nampak memang

Namun hal itu akan nampak pada keuntungan hasil penjualannya di kota

Ini adalah kecerdikan si ular...


Kisah diatas bukanlah kisah lama

Kasus komoditi vanili Indonesia :

Harga vanili kering di pasaran sejak beberapa bulan terakhir terus merosot. Jika semula harga vanili kering di tingkat pengumpul Rp 1,5 juta per kilogram, kini hanya Rp 800.000 per kilogram.

"Bahkan, saya mendapat informasi kalau sekarang vanili kering tidak laku lagi di pasaran sehingga banyak pengumpul merugi karena telanjur menimbun vanili," kata Gatot.

Anjloknya harga vanili kering dipicu oleh ulah nakal para spekulan. Banyak pedagang vanili yang mencampur vanili kering dengan paku, serbuk besi, maupun disuntik dengan air raksa.

Hal ini dilakukan untuk menambah berat vanili sehingga keuntungan penjualan komoditas perkebunan itu bisa melambung. "Itu membuat para pembeli jadi kehilangan kepercayaan," ujar Gatot menambahkan.


Yang ini saya ambil dari forum nya pedagang komoditas

"vanilinya dimasukin lidi besi nggak nih...hahaha bete bener ditipu komoditi vanili berat 1 ton, taunya beratnya sama lidi besi hahahah..."


Kasus diatas hanyalah salah satu kasus yang mencoreng nama Indonesia di mata dunia internasional.

Ada juga kasus ekspor udang yang dimana masing-masing udang disisipi batu kerikil dalam tubuhnya agar menambah berat total...


Tuhan Yesus memang sudah mengingatkan tentang hal ini

Luk 16:8 (b) Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.


Sebuah kecerdikan tanpa ketulusan hati akan menghasilkan ular-ular beludak yang hobinya tipu sana tipu sini

Sedangkan ketulusan hati tanpa kecerdikan akan menjadikan dirinya sebagai (calon) korban tipu sana tipu sini


Cerdik lah seperti ular, tulus lah seperti merpati

Narasi dibawah ini adalah salah satu aplikasi kecerdikan seperti ular namun memiliki ketulusan seekor merpati

Luk 20:4-8
(4) Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia?"
(5) Mereka mempertimbangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Mengapakah kamu tidak percaya kepadanya?
(6) Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, seluruh rakyat akan melempari kita dengan batu, sebab mereka yakin, bahwa Yohanes adalah seorang nabi."
(7) Lalu mereka menjawab, bahwa mereka tidak tahu dari mana baptisan itu.
(8) Maka kata Yesus kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu."



with warm regards

No comments: