Tuesday, January 22, 2008

The Beach



The Beach - Film:

A young American man, Richard (Leonardo DiCaprio), travels to Thailand. During a stay on Khaosan Road in Bangkok, he meets a mysterious man named Daffy (Robert Carlyle), who tells him about a secret beach paradise. Richard then heads for southern Thailand in search of the island. Along the way, he is befriended by a young French couple, Françoise (Virginie Ledoyen) and Étienne (Guillaume Canet), and he shares the secret of the island with them.

The three then strike out across the water with inflatable bags and whatever they can carry. They reach the island, where they find a huge marijuana plantation. Heading further inland, they eventually find the hidden beach, where a small, suspicious clan of Western travellers has settled, and is led by a strong-willed woman, Sal (Tilda Swinton).

The three newcomers then struggle to find their place in the Utopian community.

The Beach - Novel:

Garland's novel centers on a young nicotine-addicted traveler named Richard, an avid pop-culture buff with a particular love for video games and Vietnam War movies. While at a hotel in Bangkok, he finds a map left by his strange, whacked-out neighbor, who just committed suicide. The map supposedly leads to a legendary island paradise where some other wayward souls have settled.


Differences between film and novel

Although there are many minor alterations to the characters and plot, the film remains fairly faithful to the novel. There are, however, a few major alterations:

  • Françoise's elopement with Richard does not occur in the novel, although he is tempted and believes she may be too. In the film, it serves to alienate Étienne from the rest of the group and he becomes the permanent nurse of Christo, who is dying following the shark attack. In the novel this nurse role is filled by another character, Jed, who feels alienated for different reasons. Jed does not appear at all in the film.
  • Richard's sexual encounter with Sal does not occur in the novel. The voyage to the mainland is undertaken by Richard and Jed, with whom Richard subsequently accompanies on lookout duty on the island. Jed finds out about the map left by Richard and suggests that they don't tell Sal about the potential new arrivals. In the film Sal finds out about the map during the excursion to the mainland, and initiates sex in return for keeping the secret. Later she puts Richard on lookout duty alone after spotting the newcomers attempting to cross to the island.
  • The ending differs significantly from the novel. While in both film and novel the annual celebration is ruined by the intrusion of the dope farmers, in the novel this is not before Richard, Françoise, Étienne, Keaty and Jed have made plans to secretly leave the island. The dope farmers come with the map they found after killing the newcomers, angry that the islanders appear to be advertising their community, and it becomes clear that Richard is responsible. The rest of the islanders attack him before his four fellow planners come to his defense and they all escape on the raft brought over by the newcomers. In the film, the dope farmers appear to give Sal the opportunity to kill Richard in order to keep the community; she attempts to shoot him, but the gun isn't loaded. The entire community then leaves Sal, apparently via the raft, shocked by her dedication to the community at any cost.
  • In the film, Richard is American, while Sal is British. In the novel, their nationalities are opposite of their film incarnations.

Barangkali Anda pernah menonton film ini atau mungkin membaca novelnya.
Atau barangkali Anda baru mendengar atau membaca judul ini, tidak masalah - saya sendiri belum melihat atau membaca novelnya.
Namun saya hanya mempelajari plot cerita saja.

Tulisan warna merah diatas adalah point yang hendak saya sampaikan.


Komunitas The Beach adalah komunitas yang dibentuk secara rahasia atau dirahasiakan dan berisi orang-orang yang sefaham, satu selera, satu cita-cita untuk membangun komunitas yang ideal : sorga dalam tanda petik, sebuah utopia.

...

Sadar atau tidak disadari ...
Mau atau tidak mau...

Ada diantara kita yang ingin hidup dan tinggal dalam 'sorga' nya the beach.

Sebuah komunitas yang hanya terdiri dari orang-orang yang sepaham, sepikiran, seperasaan.


Tidak ada yang menyakiti
(karena saya juga tidak mau menyakiti)

Tidak ada yang membenci.
(karena saya juga tidak mau membenci)

Tidak ada yang memarahi.
(karena saya juga tidak mau memarahi)

Tidak ada yang membentak.
(karena saya juga tidak mau membentak)

Tidak ada mertua jahat.
(karena saya menantu yang baik hati)

Tidak ada menantu kurang ajar.
(karena saya mertua yang baik hati)

Tidak ada suami yang kejam.
(karena saya seorang istri yang baik hati)

Tidak ada istri yang tidak patuh.
(karena saya suami yang baik hati)

Tidak ada tetangga yang sok usil mau tahu urusan orang lain.
(karena saya seorang tetangga yang tidak suka campur tangan urusan orang lain)

Tidak ada tetangga yang suka gosip.
(karena saya seorang tetangga yang tidak suka gosip)

Pokoknya semua serba seragam.

...sebuah utopia...



Disadari atau tidak, komunitas seperti ini sebenarnya adalah sebuah komunitas pelarian!

Melarikan diri dari masalah.

Tidak disadari sebenarnya yang bermasalah itu diri kita sendiri, bukan orang lain!

Namun kita selalu melihat diri kitalah yang benar!

Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang mengalami : kepahitan, kekecewaan, sakit hati, dendam, merasa rendah diri, tidak percaya diri, dll.

Sebagai bentuk excuse adalah :

Aku tidak mau bersikap seperti kamu atau mereka, maka jangan sentuh aku!

Aku tidak mau berbuat hal itu kepada kalian, maka sebaiknya kalian jangan berbuat juga demikian kepadaku!

Aku kog jadi korban terus sih?


Cara pandang dan berpikir seperti ini adalah cara pandang Farisi-Saduki : pembenaran diri!

Maka ketika kita merasa hanya menjadi korban atas kejahatan atau kesalahan tindakan orang lain , kita selalu berpikir : saya benar, kenapa saya selalu jadi korban. Tuhan tidak adil. Dimanakah keadilan Tuhan? Kenapa justru saya yang tidak suka menjahati orang lain, saya yang kena? Kenapa mereka-mereka yang suka berbuat jahat, hidupnya aman-aman dan nyaman-nyaman saja?


Jawabnya :

Tuhan sedang membentuk kita.

Bila kita menghadapi suatu permasalahan yang Tuah ijinkan terjadi, berarti ada sesuatu yang hendak diubah dalam hidup kita.

Sebuah proses yang tentu bisa menimbulkan rasa sakit.

Apakah sebuah guci yang besar nan indah terbentuk begitu saja tanpa melewati tempaan tangan tukang periuk? Tanpa melewati panasnya matahari saat dijemur? Tanpa melewati bagaimana panasnya api pembakaran?

Selama kita tidak melewati proses ini, maka proses ini belum akan berlalu.
Bila kita menolak melewati proses in, berarti kita gagal dibentuk. Bila kita gagal dibentuk, maka kita akan dibuang.(Jer 18:4)


Luk 18:10-14
(10) "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
(11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
(12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
(13) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
(14) Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Akui segala kesalahan kita

Maka Dia yang adil dan setia akan membenarkan kita

Jangan merasa diri benar

Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (
Mat 7:5 )

Bersihkan diri pribadi dari dalam, maka sebelah luar pasti akan bersih

Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. (
Mat 23:26 )

Mari merendahkan diri dihadapan Tuhan

"Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya." (
Jer 17:10 )

Supaya Dia yang setia dan yang adil (1Jn 1:9), mencabut segala akar kepahitan (
Jer 1:10 ) dan membebat luka serta memulihkan semuannya...(Job 5:18)


Maka semua masalah diatas bukanlah masalah...

Bukankah Tuhan Yesus telah mengalami permasalahan, hinaan dan cercaan yang jauh lebih parah? namun Dia tidak sakit hati. Dia tidak lari dan bersembunyi.

Yesus tidak mencari the beach, sebuah utopia -the perfect place

Bukan kah Dia telah mengingatkan

Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu.(
Joh 15:20 )

Berhentilah berpikir bahwa kita menjadi korban!
Sebab justru mereka yang melakukan kejahatan itu lah korban sesungguhnya.

Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."(
Luk 23:34 )

Ya, mereka adalah korban perbuatan kegelapan yang telah membutakan mata mereka


Berhentilah berpikir bahwa kita menjadi korban!
Dan mulailah bertindak sebagai pelaku!

Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. (
Jas 1:22 )

Ingat : Tuhan meremukkan Ayub yang merasa diri benar!
Ingat : 70x70 kali!


with warm regards

No comments: